right_side

Empati Demi Surgawi

Satu Miliar Cinta

My Book.

Pengikut

My Book Cover

My Book Cover

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

Cursor

One Piece Going Merry

Widget


Sabtu, 20 Februari 2016

Suatu saat...

Suatu saat...


Hari libur. Badan masih capek setelah beres-beres rumah. Dan akhirnya direbahkanlah tubuh yang lelah ini ke atas kasur. Zawjatiy tercinta rupanya lagi bahagia entah karena apa. Dia raba rambutku. Terus ke dahi, hidung, pipi, dagu. Lalu ia genggam tanganku.
"Mas...!"
Setengah sadar aku pun menjawab, "Hmm..."
"Kalau dipikir-pikir ya, kok hidup ini penuh kejutan."
Jeda. Aku masih setengah sadar. Sedangkan Zawjatiy masih memperhatikan jemari tanganku yang dipegang dan dirabanya.
"Adik  ndak nyangka lho Mas kalau imam adik itu Mas. Kan dulu kita cuma kenal nama. Boro-boro ngobrol. Ketemu di jalan saja sungkan menegur. Iya ndak Mas?”
Karena tak ada jawaban, Zawjatiy menggoyang-goyangkan badanku sehingga kesadaranku dari tidur kembali.
“Mas...!”
“Hmm....”
“Mas ndak dengerin ya?”
“Dengerin kok, Dik.”
Zawjatiy percaya. Dia lanjut bicara, “Mas nyangka ndak kalau yang jadi pendamping hidup Mas itu Adik ini?”
“Ndak...”
“Tuh kan berarti sama. Adik juga benar-benar ndak nyangka, Mas.”
“Ndak nyangka kalau sekarang lagi enak tidur malah diganggu sama Adik.”
Zawjatiy kesel. Langsung dihempaskannya jemariku yang tadi dia genggam. “Ih Mas mah gitu. Gak tahu orang lagi seneng malah bikin kesel. Mas ndak suka ya?”
“Iya.”
“Ih jahat...!”
“Biarin.”
“Jahaaaaaaaat...,” umpatnya sambil memukul mukaku dengan bantal.
“Jahat tapi sayang,” jawabku sambil menangkap kedua tangannya.
Tinju bantalnya berhenti. Dan..........................

Popular Posts