right_side

Empati Demi Surgawi

Satu Miliar Cinta

My Book.

Pengikut

My Book Cover

My Book Cover

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

Cursor

One Piece Going Merry

Widget


Jumat, 21 Maret 2014

Menjadi Pribadi Yang Tangguh

Begini ceritanya, suatu saat ketika saya silaturahim ke rumah teman kenalan, bisa dibilang sohib juga. Saya dengan teman saya ini sudah lama tidak ketemu. Lantas ketika saya dijemput sama sohib dengan motor, saya nurut tuh mau di bawa ke mana, secara saya belum tahu rumah baru dia di mana. Sampai beberapa menit karena memang siang itu lagi panas-panasnya, dibelokkanlah motor yang kami duduki dengan dia ke sebuah café atau warung yang khusus menyediakan minuman.
 “Kita minum dulu yuk!” ajak dia sambil turun. Saya ngikut saja. Toh yang bayar pasti dia ini.
Singkat cerita tenggorokan kami udah dialiri air segar dan dahaga pun hilang seketika. Dia pun membayar minuman kami. Pas saya lihat dia menyodorkan uang 50 ribuan untuk membayar kedua minuman kami tadi. Nahh bagi saya yang tidak biasa mengeluarkan uang 50 hanya untuk sebuah minuman kan kerasa agak berat. Bukan apa-apanya tapi kalau cuma buat ngilangin dahaga kan bisa tuh beli air mineral di warung pinggir jalan seharga 3 ribu, paling mahal mungkin 5 ribu itupun kalau tukang warungnya nakal.
Abis itu udah saya lewatin tidak dipikirin lagi. Akhirnya kami berangkat lagi, ternyata tidak sampai dua menit kami sampai di rumah sohib saya ini. Saya dibikin geleng-geleng nih. Kok hanya karena haus saja dia mudah mengeluarkan uang padahal jarak ke rumahnya tinggal beberapa meter lagi. Mungkin mentang-mentang karirnya udah matang kali.
Sampai ketika kami ngobrol, ditengah-tengah pembicaraan dia mengeluh karena cicilan rumahnya belum kelar malah katanya nunggak.
Oke, sampai di sini kita bisa melihat betapa mudah terlenanya seseorang dengan ‘kecukupan’. Saya juga berpikir bahwa yang membuat seseorang merasa cukup atau tidak adalah gaya hidupnya. Mari kita bayangkan jika sohib saya ini merubah gaya hidupnya. Dia bisa membelokkan uang yang biasa ia gunakan dengan sia-sia seperti cerita di atas untuk menabung. Kenapa saya bilang sia-sia? karena toh sebenarnya masih ada banyak alternative untuk mengatasi rasa hausnya itu. Bisa beli air mineral seperti yang saya katakana di atas atau yang lebih murah lagi adalah tunggu sampai tiba di rumah. Kan kalau sudah sampai rumah bisa minum sepuasnya bahkan kalau galonnya mau diminum sekalian juga tidak ada yang melarang kan?
Hal seperti ini bukan berarti irit atau pelit. Tapi melatih diri untuk tidak mudah menyerah, untuk tidak cengeng, untuk menekan gengsinya –bisa jadi ia memilih mampir ke café karena gengsi-.
Dan memang sebenarnya kalau kita tidak malas, banyak kok alternative untuk melatih diri kita supaya menjadi pribadi yang tangguh dan tidak cengeng.

Popular Posts