right_side

Empati Demi Surgawi

Satu Miliar Cinta

My Book.

Pengikut

My Book Cover

My Book Cover

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

My Book

Cursor

One Piece Going Merry

Widget


Rabu, 14 Desember 2016

Menilik Identitas Sebuah Lagu



Pada dasarnya, lirik lagu (dan termasuk lagu itu sendiri) memuat pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta/penemu ide kepada pendengar sekaligus penikmat musik. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa syair yang digubah menjadi lirik lagu merupakan karya sastra yang mana memiliki fungsi utama dulce et utile atau sweet and useful[1] (mikics, 2007:95). Dengan kata lain karya sastra (dalam hal ini lirik lagu) mempunyai fungsi menghibur sekaligus mendidik -menyampaikan pesan-. Sedangkan lagu memiliki fungsi sebagai pengobar semangat, mempermainkan emosi dan perasaan seseorang dengan tujuan menanamkan sikap atau nilai yang kemudian dapat dirasakan orang sebagai hal yang wajar, benar dan tepat[2].
Menilik pada kedua fungsi awal di atas maka lagu mempunyai peranan sangat penting bagi perkembangan zaman.
Hingga kemudian seiring berkembangnya zaman, lagu berubah fungsi menjadi semacam hiburan belaka. Dari sini pesan yang hendak disampaikan pun ikut terasingkan seiring fungsi lagu yang bergeser. Dengan lebih banyaknya jenis alat musik yang mengiringi, pesan yang tersemat dalam lirik pun perlahan terabaikan. Ditambah dengan kebutuhan masyarakat pada hiburan yang semakin mendesak membuat minat untuk menilik lebih dalam sebuah lagu, sedikit demi sedikit terlupakan.
Hal ini kemudian semakin nampak dengan bermunculannya lagu ber-lirik nasihat-nasihat sederhana nan penting tetapi diiringi musik yang hanya menuruti minat pasar. Di satu sisi langkah tersebut memang menjadi jalan mudah untuk menyampaikan pesan pada masyarakat lewat lagu. Di sisi lain pesan yang ingin disampaikan melalui lagu tersebut malah menjadi tumpul dan tak mempunyai taring sama sekali. Bahkan langkah tersebut malah berbalik menjadi perangkap bagi pesan itu sendiri. Masyarakat lantang menyanyikan lagu tersebut tanpa ada sedikitpun keinginan untuk merealisasikan pesannya.
Salah satu lagu yang menjadi ciri tumpulnya fungsi utama adalah Oplosan yang mulai melejit semenjak dinyanyikan oleh Soimah dalam salah satu acara televisi swasta. Lagu tersebut memang berhasil menyedot perhatian berbagai lapisan masyarakat. Namun sampai saat tulisan ini dibuat tidak pernah ada berita mengenai orang yang benar-benar meninggalkan kebiasaan buruknya setelah menerima nasihat dari lagu Oplosan. Padahal jika menilik kembali ke lirik lagunya, jelas-jelas mengatakan ‘sayangilah nyawamu’, ‘apa tidak sayang uangmu?’, ‘tutuplah botolnya karena tidak ada gunanya’.
Contoh lainnya adalah Cintai Aku Karena Allah. Lagu dengan lirik yang menganjurkan untuk mencintai orang lain (lawan jenis) karena Allah ini diiringi dengan musik dangdut modern sehingga disukai oleh banyak kalangan masyarakat. Tapi sayang sekali jika melihat penggemar lagu ini yang hanya menyanyikannya tanpa ikut terdorong untuk merealisasikan dalam kehidupannya (baca: tidak lagi pacaran).
Ketumpulan fungsi lagu ini memang tidak sepenuhnya disebabkan perkembangan zaman. Banyak hal lain yang ikut andil di dalamnya, termasuk tingkat kepedulian pencipta lagu itu sendiri pada kesadaran masyarakat. Hanya saja upaya untuk menyelaraskan variasi musik dengan isi lirik nampaknya akan mampu menempatkan kembali lagu pada fungsi utamanya.
Meskipun demikian, memang ada beberapa lagu yang masih berfungsi sebegaimana mestinya. Katakanlah misalnya lagu-lagu karangan Maher Zain, Ebiet G. Ade, Hadad Alwi dan lainnya, yang tetap konsisten untuk mengutamakan pesan dalam lirik lagu dengan diimbangi variasi musik yang mengikuti perkembangan zaman.



[1] Dulce (sweet) berarti sangat menyenangkan atau kenikmatan, sedangkan utile (useful) berarti isinya bersifat mendidik.
[2] Sumber: tempolagu.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-lirik

Popular Posts