untuk sebuah arti dari rasa yang tenggelam di dasar pusara hati
entah kapan ia bisa bangkit dan memanja
dari persemayaman yang selalu terusik oleh pikiran yang tak bisa terpenjara oleh waktu
itu telah jad tradisi dan simbol yang lumrah bagi pencari kata
tak mudah bagiku untuk bangkit
karena pesona yang membisik dan terus membisik untuk turuti kata itu
entah benar kata hati atau hanya kiasan naluriku
sepanjang perjalanan hati
tak dapat kutemukan yang bisa kupuja
hingga aku lelah dan terbaring dalam nisan lelah itu.
Raden Asmarakandi.
Kamis, 14 Februari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Ada gemuruh yang kembali dan memang masih menyeruak ruang batinnya. Kedatangan Hilman ba’da dzuhur tadi kembali menguak rasa pedih yang ...
-
Pundak kiriku sudah terasa panas. Sudah 4 jam berkutik dengan naskah dan gambar yang akan menjadi latarnya. Urusan layout tak semudah mem...
-
Bertambah lagi. Bagi Darjo detik-detik saat menuliskan jejeran angka itu adalah rasa yang lebih memerihkan , dibanding saa...
-
Senja menenggak ranumnya dengan perlahan di balik kaca jendela bus yang aku tumpangi sore ini. Baru kali ini aku bisa lagi menikmati ind...
-
Tepak Kadal adalah nama lain untuk permainan Glatikan. Sebuah permainan tradisional dengan menggunakan dua kayu sebesar telunjuk dengan pa...
-
Bluluk [1] , Alap-alap [2] , Macan [3] , Bango [4] Permainan ini sering dimainkan oleh anak-anak di daerah Cirebon atau khususnya di ...
-
Pada sebuah perjalanan yang bernama hidup, tentunya dengan rentang waktu yang dirasa panjang -meskipun ungkapan bahwa ‘hidup sekedar mamp...
-
Ada yang pernah berpikiran untuk menggunakan kata sandi yang unik di akun medsosnya? Aku sih yes. Dulu sewaktu pertama membuat akun fac...
-
“Menjamu Kopdar dengan Cerpen dan Puisi” Proses, betapa tidak bisa dipungkirinya menjadi hal yang tak terelak pada sebuah has...
-
Sepulang dari negri formosa kemarin, aku memang sedikit kaget dengan kondisi negri sendiri. Padahal belum juga genap 2 tahun di negeri ...
