untuk sebuah arti dari rasa yang tenggelam di dasar pusara hati
entah kapan ia bisa bangkit dan memanja
dari persemayaman yang selalu terusik oleh pikiran yang tak bisa terpenjara oleh waktu
itu telah jad tradisi dan simbol yang lumrah bagi pencari kata
tak mudah bagiku untuk bangkit
karena pesona yang membisik dan terus membisik untuk turuti kata itu
entah benar kata hati atau hanya kiasan naluriku
sepanjang perjalanan hati
tak dapat kutemukan yang bisa kupuja
hingga aku lelah dan terbaring dalam nisan lelah itu.
Raden Asmarakandi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Kumpulan cerpen di dalam buku ini tercipta karena satu bentuk perhatian istimewa dari Bunda Asih Wardhani atas keinginan seseorang untuk...
-
Sore yang riuh pada sebuah kota yang menjadi barometer kesuksesan seperti utara untuk mata angin. Jakarta. Sekumpulan orang lebih dar...
-
Pundak kiriku sudah terasa panas. Sudah 4 jam berkutik dengan naskah dan gambar yang akan menjadi latarnya. Urusan layout tak semudah mem...
-
Menggurat Mimpi mimpiku ternyata hanya bertanggal merah di pojok kalender besok pun akan di sobek untuk bungkus kerupuk sambal da...
-
Senja menenggak ranumnya dengan perlahan di balik kaca jendela bus yang aku tumpangi sore ini. Baru kali ini aku bisa lagi menikmati ind...
-
Mungkin aku bukan manusia yang sadar. Ya, sadar. Karena manusia sadar adalah manusia yang tak perlu berpikir dengan susah payah pun, otakny...
-
Oleh : Ade J. Asnira Di tengah kesibukan Ina membuat penganan kecil untuk lebaran besok, ada setrikaan arang yang diam-diam menggangg...
-
Sepulang dari negri formosa kemarin, aku memang sedikit kaget dengan kondisi negri sendiri. Padahal belum juga genap 2 tahun di negeri ...
-
Pada sebuah perjalanan yang bernama hidup, tentunya dengan rentang waktu yang dirasa panjang -meskipun ungkapan bahwa ‘hidup sekedar mamp...
-
Ada Dalam Keberadaan Semula ia renggut sebuah sepi untuk menemani tidurnya Denting mengalun dari tetes-tetes air mata, Kedua mata y...











Tidak ada komentar:
Posting Komentar