Tempatnya orang gila
Atau sebenarnya orang
kurang waras, yang di satu sisi tidak bisa membedakan mana realitas, fakta,
kenyataan, dhohir dan mana yang hanya sebatas imajinasi, ilusi, semu , bathin.
Yang melulu bicara seks dengan tak canggung padahal di jidatnya masih tertempel
Tuhan.
Satra mengerdil yang
kata mereka meluas, menjiwa sebagaimana jiwa dan rasa yang tak pernah bisa
secara gamblang-gambling digambarkan dengan peristiwa dan kata.
Namun jika benar meluas
tentu mereka tidak akan mengatakan aku yang kurang waras secara yang kutangkap
dari apa yang mereka ceritakan hanyalah ketidak-jelasan yang menggelontor
begitu saja di depan mata orang normal, orang sepertiku.
“Kepekaanmu kurang…”
Tak usah payah-payah
membuat cerita hingga berates-ratus halaman jika hanya untuk segelintir orang
yang menurutmu cukup peka sastra. Bukankah kau sendiri yang berkata dari cerita
bisa mengubah semua. Kau juga yang berkata sastra bisa mengancam Negara. Lalu
bagaimana itu bisa terjadi jika yang peka terhadap cerita yang kau buat hanya
segelintir saja jika dibandingkan dengan orang-orang yang seharusnya juga
menerima pesan dari cerita karanganmu.
Jangan berkata kalau
semua itu bisa terjadi dengan jalan yang panjang. Kita orang kecil, butuh
sesuatu yang simple, singkat, nyata. Jangan sekali-sekali menuntut setiap orang
untuk berpikiran seperti orang besar, apalagi hanya menuntut.
Omong kosong.
Sastra hanyalah omong
kosong yang tak membawa apa-apa untuk sesiapa.
Aku ikut merasakan marah,benci,menyesal,sekaligus terlalu cinta dalam tulisan ini
BalasHapusYa... sampai saat ini aku masih belum mengerti harus diapakan melihat hal itu.
HapusMakasi udah mampir De. aku jarang banget update tulisan di sini. Semoga besok-besok rajin lagi