Mungkin aku bukan manusia yang
sadar. Ya, sadar. Karena manusia sadar adalah manusia yang tak perlu berpikir
dengan susah payah pun, otaknya mampu berpikir, pun mampu membedakan hal satu
dengan hal lainnya. Dan ia bisa mengenali sekaligus mengingat sesuatu dengan
lebih dulu membedakan sesuatu itu melalui apa-apa yang bisa didengar dan
dilihat dari sesuatu itu, meski kerap kali ada garis yang sama dari dua suara
atau lebih yang berbeda yang masuk ke telinganya atau dari dua wujud atau lebih
yang berbeda yang melintas dalam pandangannya.
Manusia sadar dan tak sadar. Ada
dua jenis yang saat ini masuk dalam kepalaku. Membuatku berpikir termasuk yang
manakah aku? Tapi tidak, setiap manusia terkadang tidak teridentifikasi secara
pasti seperti apa ia. Setiap manusia mempunyai berjuta-juta atau bahkan
bermiliar-miliar waktu yang sangat memungkinkan dirinya untuk menjadi segala
sesuatu yang sebelumnya adalah di luar dari dirinya sendiri. Saking banyaknya
kemungkinan itu, sampai hampir tidak ada manusia yang mengenali dirinya
sekaligus dikenali oleh manusia lain secara penuh dan seluruh. Bukankah begitu?
Ada saat di mana manusia merasa ada
sesuatu yang mengendalikan dirinya. Barangkali sesuatu yang sebenarnya memang
ada dalam tubuhnya sendiri namun tidak ia sadari. Barangkali memang sesuatu
yang ada di luar dari tubuhnya dan baru ia sadari saat dirinya sendiri telah
dikuasai oleh sesuatu tersebut.
Dan bisa saja aku termasuk dari
keduanya. Aku adalah manusia yang tak sadar sekaligus manusia yang sadar. Aku
berpikir, aku berbicara, aku tidur, makan, minum, buang air, berinteraksi dan tetek bengek lainnya yang sama seperti manusia
lain. Dan pada waktunya aku benar-benar tak mengerti apa yang menimpa diri atau
jiwa atau hati atau pikiranku. Aku selalu tak bisa untuk menjelaskan seperti
apa persisnya saat aku seperti itu.
Rasanya pikiranku mentok. Tidak
bisa berjalan jauh seperti biasanya. Pun emosi yang seolah menguasai, sama
sekali tidak bisa aku jamah apa maunya. Emosi itu menarik-narik tubuhku, namun
seketika itu juga aku tidak mengerti apa yang diinginkan tubuhku. Pada saat
lain, aku seperti kehilangan diriku. Aku hanyut ketika menikmati sensasi dengan
makhluk berbeda jenis denganku. Hanyut yang sepenuhnya hanyut. Seluruh jiwa,
jasad bahkan emosi yang sebelumnya tak bisa mengerti ikut hanyut basah kuyup.
Tapi saat itu pula aku pun merasa aku bukanlah manusia yang memanusia. Saat
seperti itukah mungkin bisa dikatakan aku manusia tak sadar.
Perlukah kukatakan juga bahwa aku
laki-laki. Atau kau lebih suka mengatakan pria daripada laki-laki. Baiklah, tak
perlu benar kau mau menyebutnya apa? Yang pasti selalu ada saat di mana aku tak
mengerti dengan keadaan tubuhku sendiri. Aku tak ingin berimajinasi jauh untuk
menerangkan lebih jelas lagi. Cukup dengan mengatakan aku tak mengerti
seharusnya kau paham apa yang membuatku mengatakan itu.
Jika dikatakan itu mimpi tentu
bukan. Jelas-jelas aku mengalami hal itu pada saat aku terjaga. Aku terjaga
seperti hari-hari bisanya. Makan, minum, berbicara, menonton tv, berjalan,
mandi. Tapi pada saat itu aku sendiri merasakan emosi yang tak enak sama
sekali. Sebegitu tak enaknya sehingga untuk dijelaskan dengan perumpamaan pun
sangat sulit.
Mungkin orang-orang di luar sana
juga banyak yang meraskan hal yang demikian. Namun barangkali kebanyakan dari
yang banyak itu menganggap itu adalah hal yang wajar sehingga ketika emosi yang
tak jelas itu menuntut untuk melakukan hal yang sangat mungkin mengganggu orang
lain pun mereka –kebanyakan orang dari banyak itu- menganggap itu sebagian dari
hal wajar yang memang dialami manusia.
Ahh, ngomong apa aku ini. Njelimet. Tak
enak sekali dibaca. Maaf.
Tetapi mungkin perlu ditegaskan
bahwa seperti inilah fakta yang melanda sebagian manusia termasuk aku sendiri.
Aku yang sebagian dari mereka dan sekaligus di saat yang lain bukan sebagian
dari mereka. Ada saat di mana aku melihat dan merasakan dunia yang begitu
nyaman aku tinggali. Ada saat di mana aku merasa ingin melakukan kebaikan demi
kebaikan selama dan sebanyak mungkin yang aku bisa dan yang sangat
memungkinkanku untuk melakukannya sampai selesai bukan setengah-setangah. Ada
saat di mana diri ini menjadi dan mengendalikan diri ini secara sepenuhnya. Ada
saat di mana mimpi, emosi dan rasa berdiam pada tempatnya masing-masing.
Aku tidak bisa mengatakan kalau
saat itu adalah aku yang merupakan manusia sadar. Karena aku sendiri tidak
paham mengenai hal-hal apa yang menjadi kategori seseorang dikatakan manusia
sadar atau manusia tidak sadar.
Plumbon, 20 Januari 2015
sadar kecuali tidur. iman membungkus otak, akal,dan hati. begitu kan kata sahabat kita dan rasanya dengan itu pun sudah terjawab. aku pun pernah merasakan hal yang sama. aku sadar, tapi karena takut aku memilih jalan lain di luar kata hatiku. jadi sepertinya "tak sadar" hanyalah alasan belaka untuk mencari pembenaran.
BalasHapuskadang manusia lebih suka mencari pembenaran untuk tindakan salahnya sendiri.
BalasHapustapi keadaan tidak sadar pada tulisan di atas memang terjadi pada beberapa orang. kau tahu artinya kosong? orang yang tak sadar merasakan itu, tapi dia bukan orang gila
Setiap orang sepertinya mengalami fase ini. Suatu keadaan yang menarik ketika di tuliskan olehmu.
BalasHapusakan lebih menarik jika kau menuliskannya dengan sebuah cerita. aku selalu suka dengan gaya tulisanmu, De.
Hapus