Permainan ini sering
dimainkan oleh anak-anak di daerah Cirebon atau khususnya di Desa Tegalkarang Kecamatan Palimanan. Biasa disebut Bluluk
Alap-alapan. Dimainkan oleh empat orang dan tak bisa lebih. Bluluk alap-alapan dimainkan sambil lesehan di emperan depan rumah
atau di gubuk dengan posisi duduk melingkar. Lalu dibagi siapa yang menjadi Bluluk,
siapa yang menjadi Alap-alap, siapa yang menjadi Macan dan siapa yang menjadi
Bango, karena pemain dalam permainan ini akan memerankan peran salah satu dari
empat macam hewan tadi yang mereka pilih.
Cara bermainnya mirip
dengan permainan anak kota yang biasa disebut ABC lima dasar, namun sebelum
menghitung, semua pemain bersama-sama mengucapkan sumpyung lalu segera
mengitung tetapi bukan dengan menyebutkan huruf A sampai Z melainkan dengan
menyebutkan nama-nama empat hewan tadi secara berurutan, Bluluk-alap-alap-macan-bango. Ketika hitungan berhenti pada salah
satu hewan maka si pemeran hewan tersebut boleh bermain.
Si Pemain bersiap-siap
menirukan gaya hewan yang menjadi pilihannya dengan tangan. Sedangkan tiga
pemain lainnya atau lawannya satu-persatu harus memasang telapak tangannya
untuk dihantam oleh Bluluk jika yang mendapat giliran adalah pemeran Bluluk
atau disambar dengan keras oleh Alap-alap jika yang mendapat giliran
adalah pemeran Alap-alap atau dicakar oleh Macan jika yang mendapat giliran
adalah pemeran Macan atau dipatok oleh Bango jika yang mendapat giliran adalah
pemeran Bango.
Namun jika lawan pandai
menghindar maka dia lolos dari hantaman Bluluk atau lainnya. Dengan kata
lain lawan berhak menghindar untuk membela dirinya. Pada saat si pemain telah
selesai mengganjar lawan-lawannya maka permainan dimulai lagi dari sumpyung.
Cara memerankannya
adalah:
1.
Bagi yang menjadi Bluluk, tentu mempunyai peran atau aksi sebagaimana Bluluk.
Jatuh dan menghantam keras namun waktunya tiada yang tahu. Ketika hitungan sumpyung
berhenti pada kata Bluluk maka si pemeran Bluluk menyiapkan
dirinya atau tangannya dengan menggenggam kuat dan mengangkat tangannya
setinggi bahu untuk kemudian menghantam tangan lawan mainnya yang dipasang di
bawah. Di sinilah pemeran Bluluk harus mempunyai kecepatan tangan yang
tak bisa diduga oleh lawan mainnya. Atau bisa juga disiasati dengan mengajak bercanda
temannya sehingga terkecoh dan lengah.
2. Alap-alap.
Sebagaimana burung, pemeran Alap-alap melayang-layangkan telapak tangannya
seperti seekor burung yang sedang mengincar buruannya dengan mengawang di
angkasa lalu siap-siap menyambar buruan atau tangan lawan mainnya dengan
kecepatan yang tak diduga dan dengan keras. Sebagaimana burung, Pemeran
Alap-alap juga harus mengeak saat melayang-layangkan tangannya di
angkasa. Berbeda dengan Bluluk yang menghantan lawan main, si Alap-alap
bisa dibilang berhasil jika ia bisa menampar tangan lawan main dengan keras.
Alap-alap juga akan mendapat gilirannya jika hitungan sumpyung berhenti
pada kata Alap-alap. keunggulan Alap-alap adalah dia bisa mengecoh lawan dengan
melayang-layangkan telapak tangannya dengan ketinggian yang ngacak. Bisa tinggi
dan hanya memutar-mutar. Bisa melayang tinggi lalu ke bawah dengan perlahan
kemudian meninggi lagi. Atau di saat-saat pertama ia langsung menampar tangan
lawan main. Alap-alap juga mempunyai keuntungan dalam waktu yang cukup lama
untuk mengecoh lawan dibandingkan dengan Bluluk. Namun sama dengan
Bluluk, Alap-alap juga harus mempunyai kecepatan dan ketepatan supaya berhasil mangganjar
tangan lawan main dengan keras.
3. Macan. Si pemeran
Macan hampir sama dengan Bluluk. Dia hanya perlu menyiapkan tangannya
pada posisi mencakar, diangkat setinggi bahu. Dan di waktu yang dirasa tepat
oleh pemeran, dia harus cepat-cepat mengayunkan tangannya dan mencakar punggung
tangan lawan. Macan juga akan melakukan aksinya ketika hitungan sumpyung
berhenti pada kata Macan. Untuk memerankan Macan, Si pemain tak harus mempunyai
kuku panjang untuk mencakar, karena Macan sudah bisa dikatakan berhasil jika
ayunan tangannya tepat mengenai pungungg tangan lawan main. Supaya permainan
seru pemeran Macan juga boleh mengaum-ngaum sebagaimana si raja hutan itu
beraksi.
4. Bango. Bango
mempunyai paruh yang panjang dan kuat sebagai senjatanya. Paruh yang panjang
dan kuat ini diibaratkan dengan tangan Si pemeran Bango. Ketika hitungan sumpyung
berhenti pada Bango maka saat itulah Bango akan beraksi. Pemeran bango hanya
perlu menyatukan jari-jemari tangan kanannya menjadi satu sehingga menyerupai
paruh Bango. Sementara pemain lawan memasang punggung tangannya di bawah, Bango
yang terangkat setinggi bahu siap untuk mematok tangan lawan main dengan keras. Bango tak mempunyai gaya mengecoh
seperti hewan lainnya, namun inilah keuntungannya karena tentu saja setiap
lawan tak pernah tahu kapan Bango akan meluncurkan aksinya mematok punggung
tangan mereka. Bango hanya perlu diam dan bersiap-siap mematok sedangkan lawan
main masih menerka-nerka kapan Bango beraksi. Dan pada saat yang dirasa tepat
oleh Bango, ia harus cepat-cepat mengayunkan tangannya ke punggung lawan
sebelum lawan menyadari serangannya dan menghindar.
Dalam permainan ini tak
ada penghitungan poin sama sekali. Yang ada hanya saling melancarkan
serangannnya kepada lawan sehingga lawan mulai menyerah namun tetap tak ada
hasrat untuk mendendam. Biasanya jika anak-anak sudah lelah untuk bermain
permainan ini, mereka akan mencari permainan lain untuk mereka mainkan bersama
lagi.
Permainan ini memang
bisa dibilang kasar tapi terdapat keseruan ketika si pemain memerankan hewan
pilihannya namun ternyata lawan mampu menghindar. Dan permainan ini juga belum
pernah sampai menimbulkan dendam karena dipukul terlalu keras atau lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar