Kacau
ambruk membludaki pikiranku
remuk kian mendengungkan nyanyian rusaknya
tanpa searah terus berontak
memusingkan tumpukan bosan penat
terasa sendiri di keroyok keberantakan
mengamburadulkan kerikil senyum
begitu tak berarti berlalu remuk
hanya saja aku masih sadar
aku manusia
25 april 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Begitu sering -nyaris setiap hari – kita mendengar kabar kecelakaan lalu lintas, yang tak jarang pula mesti merenggut nyawa. Mun...
-
untuk sebuah arti dari rasa yang tenggelam di dasar pusara hati entah kapan ia bisa bangkit dan memanja dari persemayaman yang selalu ter...
-
Oleh : Ade Junita Ya, sejatinya menulis adalah mencipta sebuah dunia. Seperti layaknya dunia sesungguhnya, ada orang denga sifat, w...
-
Ada gemuruh yang kembali dan memang masih menyeruak ruang batinnya. Kedatangan Hilman ba’da dzuhur tadi kembali menguak rasa pedih yang ...
-
Pernah kita menerima undangan dari seorang yang kita kenal dan orang itu mempunyai pangkat atau orang itu jauh lebih kaya dari kita? Mun...
-
Senja menenggak ranumnya dengan perlahan di balik kaca jendela bus yang aku tumpangi sore ini. Baru kali ini aku bisa lagi menikmati ind...
-
Bertambah lagi. Bagi Darjo detik-detik saat menuliskan jejeran angka itu adalah rasa yang lebih memerihkan , dibanding saa...
-
Pundak kiriku sudah terasa panas. Sudah 4 jam berkutik dengan naskah dan gambar yang akan menjadi latarnya. Urusan layout tak semudah mem...
-
Oleh : Ade J. Asnira Di tengah kesibukan Ina membuat penganan kecil untuk lebaran besok, ada setrikaan arang yang diam-diam menggangg...
-
Bluluk [1] , Alap-alap [2] , Macan [3] , Bango [4] Permainan ini sering dimainkan oleh anak-anak di daerah Cirebon atau khususnya di ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar